Tfd6BUC8TSd7TSMoTpW9GUr0BA==

Bagaimana Pengalaman Ibu/bapak dalam Mendapatkan Layanan Responsif Saat Bersekolah Dulu?

 

Bagaimana Pengalaman Ibubapak dalam Mendapatkan Layanan Responsif Saat Bersekolah Dulu
Bagaimana Pengalaman Ibubapak dalam Mendapatkan Layanan Responsif Saat Bersekolah Dulu


SwaraWarta.co.id – Bagaimana pengalaman ibu/bapak mendapatkan layanan responsif saat bersekolah dulu?

Layanan responsif di sekolah, sebuah konsep yang mungkin terasa asing bagi sebagian orang, namun memiliki makna mendalam bagi mereka yang pernah mengalaminya. 

Layanan ini merujuk pada bagaimana sekolah merespons kebutuhan individual siswa, baik dalam hal akademik maupun non-akademik.

Bagi generasi yang mengenyam pendidikan beberapa dekade silam, pengalaman layanan responsif tentu berbeda dengan yang ada saat ini. Mari kita telusuri kenangan dan refleksi mengenai layanan responsif di sekolah dulu.

Dulu, layanan responsif seringkali terfokus pada siswa yang mengalami kesulitan belajar atau masalah perilaku. 

Guru BK (Bimbingan Konseling) menjadi sosok sentral dalam memberikan bimbingan dan konseling kepada siswa-siswa tersebut.

Pendekatan yang digunakan cenderung bersifat kuratif, yaitu mengatasi masalah yang sudah terjadi. Meskipun begitu, kehadiran guru BK sangat berarti bagi siswa yang membutuhkan dukungan emosional dan arahan.

Selain guru BK, wali kelas juga berperan penting dalam memberikan layanan responsif. Mereka menjadi jembatan antara siswa, orang tua, dan guru mata pelajaran.

Baca juga: Mengapa Satuan Pendidikan Perlu Menggunakan Rapor Pendidikan dalam Kegiatan Perencanaan dan Penganggaran?

Komunikasi yang terbuka dan saling percaya menjadi kunci dalam membangun hubungan yang harmonis antara ketiga pihak. 

Wali kelas tidak hanya memantau perkembangan akademik siswa, tetapi juga memperhatikan aspek sosial dan emosional mereka.

Namun, layanan responsif di sekolah dulu tidak selalu berjalan mulus. Keterbatasan sumber daya manusia dan anggaran seringkali menjadi kendala. Guru BK yang jumlahnya terbatas harus menangani banyak siswa dengan beragam permasalahan.

Selain itu, stigma negatif terhadap siswa yang berkonsultasi dengan guru BK masih ada di sebagian kalangan. 

Hal ini membuat beberapa siswa enggan untuk mencari bantuan ketika mereka membutuhkannya.

Meskipun demikian, pengalaman layanan responsif di sekolah dulu tetap memberikan pelajaran berharga.

Kita belajar bahwa setiap siswa unik dan memiliki kebutuhan yang berbeda-beda. Kita juga belajar bahwa komunikasi yang terbuka dan saling mendukung sangat penting dalam menciptakan lingkungan belajar yang positif.

Berkaca dari pengalaman masa lalu, kita dapat mengambil beberapa langkah untuk meningkatkan layanan responsif di sekolah saat ini.

Pertama, perlu adanya peningkatan jumlah dan kualitas guru BK. Kedua, perlu adanya sosialisasi yang lebih intensif mengenai pentingnya layanan responsif kepada seluruh warga sekolah. 

Ketiga, perlu adanya kolaborasi yang lebih erat antara guru BK, wali kelas, orang tua, dan pihak-pihak terkait lainnya.

Dengan demikian, layanan responsif di sekolah dapat menjadi lebih efektif dan memberikan dampak positif bagi perkembangan siswa secara holistik. Mari kita jadikan pengalaman masa lalu sebagai pembelajaran untuk menciptakan masa depan pendidikan yang lebih baik.

 

Advertisement
Advertisement


Dapatkan update berita Indonesia terkini 2024 serta info viral terbaru hari ini dari situs SwaraWarta.co.id melalui platform Google News.

Ketik kata kunci lalu Enter